Fakta Nyata: Azab Allah di Balik Bencana Garut
Saat ini merupakan hari pertama saya bisa membantu orang yang terkena bencana. Ya, bencana yang tak diduga, Bencana Garut. Saya bergegas bersama teman-teman saya, bisa dibilang mewakili kampus kami. Tapi tidak resmi, hanya inisiatif kebanyakan teman-teman saya dan dukungan para dosen.
Kita semua berduka dengan Bencana Garut, #PrayForGarut. Mayat bayi-bayi berserakan. Nenek-nenek yang tidak bisa melarikan diripun ikut terseret air. Bahkan, di tempat saya ikut berbersih, ada 2 mayat yang membuat saya kaget, 2 bayi mungil yang sudah tertutup lumpur.
Sedih, campur rasa takut, karena ini pertama kali saya menyaksikan langsung bencana yang membuat histeris banyak keluarga. Yang pasti, semua ini tidak lepas dari takdir Allah yang Maha segalanya. Saya bukan ahlinya untuk mengangkat mayat, karena di tempat tersebut ada bagian evakuasi mayat, maka saya beritahu kepada mereka untuk bantu mengevakuasi mayat bayi tersebut. Dan akhirnya, mayat bayi itu akhirnya diletakkan di tempat yang semestinya.
Setelah saya dan teman-teman selesai bersih-bersih, saya melihat sosok kakek yang sedang duduk termenung bersandar di dinding dekat tempat kami berkumpul. Kalau dilihat dari fisiknya, beliau sekitar umur 60 sampai 65 tahun. Beliau duduk dan terlihat matanya berkaca-kaca.
Ada yang aneh, saya merasa harus mengajak ngobrol kakek itu. Entah kenapa, kaki ini seperti ada yang memaksa melangkah menuju kakek itu. Duduklah saya disamping kakek itu, dan saya coba buka pembicaraan.
saya: "kek, ada yang bisa saya bantu?", saya bertanya pelan.
kakek: Iya nak, tolong ambilkan minum. saya haus, dari semalam belum dapat minum. Akhirnya saya ambilkan air untuk kakek itu.
Kakek itu mulai mengajak bicara, dan sudah tidak berkaca-kaca lagi, hanya menyisakan merah dimatanya.
kakek: Nak, terima kasih sudah datang membantu kampung kami. Kalau bukan dengan izin Allah, mungkin kami tidak ada yang membantu. Karena kampung ini terlalu banyak dosa.
saya: Allah sudah mengaturnya kek, Ini pelajaran untuk saya, agar senantiasa berbuat baik kepada sesama, termasuk kakek.
kakek: Bukan, bukan itu maksud saya nak. Berbuat baik kepada sesama itu harus. Tapi ada sesuatu dibalik banjir besar ini.
saya: Iya kek, apa tuh kek? Saya hanya liat di berita, bahwa air dari dua sungai tumpah ke kampung.
kakek: Coba kau liat dari jembatan, dari jembatan ke sungai jaraknya sangat jauh. Tidak masuk akal kalau air sungai bisa tumpah ke kampung kami.
saya: Ya, saya sudah lihat dari jembatan. Tapi memang karena mungkin hujan yang begitu deras membuat luapan yang dahsyat.
kakek: Mungkin saja. Tapi, selama saya tinggal disini. Ada satu hal yang membuat saya sedih. Bahkan murka.
saya: Kenapa kek? Boleh saya tau?
kakek: Jangan kamu kira kampung yang jauh dari perkotaan bebas dari zina. Zina disini sangat marak. Bahkan, kampung ini tempat yang aman untuk anak muda berzina.
saya: Hemmmmm
Kakek itu melanjutkan ceritanya,
Kakek: Di sini, di sungai ini. Sudah terlalu banyak bayi-bayi tak berdosa dibuang. Dibantu oleh bidan-bidan kampung yang tidak bertanggung jawab membantu proses aborsi. Di sini kami kekurangan Ustad yang menasihati kami. Itulah yang membuat kebanyakan orang dikampung ini jauh dari Allah yang akhirnya membuat mereka tidak takut berbuat maksiat.
Bersyukurlah mereka yang masih terjangkau oleh FPI (Front Pembela Islam), walaupun mereka terlihat seolah garang, tapi yang mereka lakukan benar. Membasmi kemaksiatan. Saya teringat hadits Rasulullah, kalau ada orang berzina, radius 40 rumah terdekat dengan pelaku zina bisa terkena efek azab dari Allah. Itulah kenapa Allah meluluhlantakan kampung kami.
Percakapan di atas menjadi nasihat untuk kita yang masih diberikan kehidupan aman oleh Allah. Lihatlah, sungai yang jarak ke jembatannya jauh nyatanya dengan takdir Allah bisa menjadi meluap. Percakapan diatas juga menjadi peringatan untuk kita.
Di saat kita ada celah untuk melakukan zina, ingatlah ada tetangga kita yang tak berdosa harus menanggung azab juga. Dan itulah pentingnya amar makruf Nahi Mungkar. Indahnya Islam, Allah menjadikan satu amar makruf dan nahi munkar. Keduanya harus kita lakukan. Karena mencegah kemungkaran sebenarnya adalah wujud kita cinta kepada sesama.
Semoga, Allah selalu menolong kita. Semoga, kita bisa mengambil setiap hikmah dari setiap kejadian. Wallahualam.
Kita semua berduka dengan Bencana Garut, #PrayForGarut. Mayat bayi-bayi berserakan. Nenek-nenek yang tidak bisa melarikan diripun ikut terseret air. Bahkan, di tempat saya ikut berbersih, ada 2 mayat yang membuat saya kaget, 2 bayi mungil yang sudah tertutup lumpur.
Sedih, campur rasa takut, karena ini pertama kali saya menyaksikan langsung bencana yang membuat histeris banyak keluarga. Yang pasti, semua ini tidak lepas dari takdir Allah yang Maha segalanya. Saya bukan ahlinya untuk mengangkat mayat, karena di tempat tersebut ada bagian evakuasi mayat, maka saya beritahu kepada mereka untuk bantu mengevakuasi mayat bayi tersebut. Dan akhirnya, mayat bayi itu akhirnya diletakkan di tempat yang semestinya.
Ada yang aneh, saya merasa harus mengajak ngobrol kakek itu. Entah kenapa, kaki ini seperti ada yang memaksa melangkah menuju kakek itu. Duduklah saya disamping kakek itu, dan saya coba buka pembicaraan.
saya: "kek, ada yang bisa saya bantu?", saya bertanya pelan.
kakek: Iya nak, tolong ambilkan minum. saya haus, dari semalam belum dapat minum. Akhirnya saya ambilkan air untuk kakek itu.
Kakek itu mulai mengajak bicara, dan sudah tidak berkaca-kaca lagi, hanya menyisakan merah dimatanya.
kakek: Nak, terima kasih sudah datang membantu kampung kami. Kalau bukan dengan izin Allah, mungkin kami tidak ada yang membantu. Karena kampung ini terlalu banyak dosa.
saya: Allah sudah mengaturnya kek, Ini pelajaran untuk saya, agar senantiasa berbuat baik kepada sesama, termasuk kakek.
kakek: Bukan, bukan itu maksud saya nak. Berbuat baik kepada sesama itu harus. Tapi ada sesuatu dibalik banjir besar ini.
saya: Iya kek, apa tuh kek? Saya hanya liat di berita, bahwa air dari dua sungai tumpah ke kampung.
kakek: Coba kau liat dari jembatan, dari jembatan ke sungai jaraknya sangat jauh. Tidak masuk akal kalau air sungai bisa tumpah ke kampung kami.
saya: Ya, saya sudah lihat dari jembatan. Tapi memang karena mungkin hujan yang begitu deras membuat luapan yang dahsyat.
kakek: Mungkin saja. Tapi, selama saya tinggal disini. Ada satu hal yang membuat saya sedih. Bahkan murka.
saya: Kenapa kek? Boleh saya tau?
kakek: Jangan kamu kira kampung yang jauh dari perkotaan bebas dari zina. Zina disini sangat marak. Bahkan, kampung ini tempat yang aman untuk anak muda berzina.
saya: Hemmmmm
Kakek itu melanjutkan ceritanya,
Kakek: Di sini, di sungai ini. Sudah terlalu banyak bayi-bayi tak berdosa dibuang. Dibantu oleh bidan-bidan kampung yang tidak bertanggung jawab membantu proses aborsi. Di sini kami kekurangan Ustad yang menasihati kami. Itulah yang membuat kebanyakan orang dikampung ini jauh dari Allah yang akhirnya membuat mereka tidak takut berbuat maksiat.
Bersyukurlah mereka yang masih terjangkau oleh FPI (Front Pembela Islam), walaupun mereka terlihat seolah garang, tapi yang mereka lakukan benar. Membasmi kemaksiatan. Saya teringat hadits Rasulullah, kalau ada orang berzina, radius 40 rumah terdekat dengan pelaku zina bisa terkena efek azab dari Allah. Itulah kenapa Allah meluluhlantakan kampung kami.
Percakapan di atas menjadi nasihat untuk kita yang masih diberikan kehidupan aman oleh Allah. Lihatlah, sungai yang jarak ke jembatannya jauh nyatanya dengan takdir Allah bisa menjadi meluap. Percakapan diatas juga menjadi peringatan untuk kita.
Di saat kita ada celah untuk melakukan zina, ingatlah ada tetangga kita yang tak berdosa harus menanggung azab juga. Dan itulah pentingnya amar makruf Nahi Mungkar. Indahnya Islam, Allah menjadikan satu amar makruf dan nahi munkar. Keduanya harus kita lakukan. Karena mencegah kemungkaran sebenarnya adalah wujud kita cinta kepada sesama.
Semoga, Allah selalu menolong kita. Semoga, kita bisa mengambil setiap hikmah dari setiap kejadian. Wallahualam.
Comments
Post a Comment